Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Arman. Ia dikenal sebagai orang yang sering berlaku zalim kepada penduduk desa, terutama kepada mereka yang lebih lemah. Arman selalu merasa dirinya paling kuat dan tak terkalahkan.
Suatu hari, Arman menemukan seekor kucing yang sedang mencari makan. Tanpa belas kasihan, ia mengusir kucing itu dengan kasar. Tak lama kemudian, ia juga memarahi seorang anak kecil yang tidak sengaja menumpahkan air di depan rumahnya. Penduduk desa mulai muak dengan perilaku Arman yang selalu menyakiti hati dan perasaan orang lain.
Kemudian, datanglah masa panen di desa itu. Semua penduduk desa bekerja bersama-sama, kecuali Arman yang merasa tidak perlu membantu. Namun, ketika panen tiba, tanaman Arman gagal berbuah, sementara tetangganya mendapatkan hasil yang melimpah.
Arman yang kebingungan akhirnya meminta bantuan kepada tetangganya, tetapi mereka semua menolak. Mereka mengatakan bahwa Arman telah terlalu sering berlaku zalim dan sekarang ia harus merasakan akibat dari perbuatannya sendiri.
Dengan hati yang hancur, Arman menyadari bahwa kesombongan dan kezalimannya telah membuatnya kehilangan rasa hormat dan persahabatan dari penduduk desa. Ia bertekad untuk mengubah sikapnya dan meminta maaf kepada semua yang telah ia sakiti.
Cerita ini mengajarkan kita bahwa berlaku zalim hanya akan membawa kesengsaraan dan kehilangan. Kebaikan dan kerjasama adalah kunci untuk hidup berdampingan dengan damai dan harmonis.