Di sebuah desa yang tersembunyi di antara bukit-bukit hijau, hiduplah seorang anak bernama Aji. Aji tumbuh dengan cinta yang mendalam kepada ibunya, Nyai Siti, seorang wanita yang penuh kasih sayang dan bijaksana. Mereka berdua tinggal dalam rumah bambu di pinggir hutan, tempat suara burung-burung dan angin berbisik seperti lagu-lagu kenangan.
Nyai Siti mengajarkan Aji banyak hal. Ia mengenalkan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar rumah, mengajarinya cara memasak nasi dengan kayu bakar, dan menceritakan legenda tentang pohon besar yang berdiri di tengah hutan. Pohon itu konon memiliki kekuatan magis dan bisa mengabulkan permohonan siapa pun yang berani mendekatinya.
Suatu hari, Nyai Siti jatuh sakit. Aji merawatnya dengan penuh kasih sayang, membawakan air dan makanan, serta duduk di samping tempat tidurnya. Namun, penyakit itu semakin parah, dan Nyai Siti akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Aji. Air mata Aji mengalir deras, dan hatinya hancur berkeping-keping.
Setelah pemakaman Nyai Siti, Aji sering pergi ke hutan. Ia berjalan menuju pohon besar yang diceritakan oleh ibunya. Di bawah dedaunan yang lebat, Aji berlutut dan memohon, “Pohon yang kuat, tolong bawakan pesanku kepada ibuku di surga. Katakan padanya bahwa aku sangat merindukannya.”
Aji kembali ke pohon setiap hari. Ia berbicara tentang kenangan indah bersama ibunya, tentang bunga-bunga yang mereka tanam bersama, dan tentang canda tawa yang pernah mereka bagikan. Pohon itu hanya diam, tetapi Aji merasa ada kehadiran ibunya di sana.
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Aji duduk di bawah pohon. Ia merasakan sentuhan lembut di pipinya, seolah-olah ibunya mengelusnya. “Aji,” bisik suara lembut, “aku selalu di sini bersamamu. Rindumu akan selalu terdengar oleh hatiku.”
Sejak saat itu, Aji tidak lagi merasa sendirian. Ia tumbuh menjadi pemuda yang bijaksana, selalu mengenang ibunya dengan penuh cinta. Pohon besar di hutan tetap menjadi tempatnya berbicara dan merindukan Nyai Siti. Dan ketika angin berbisik, Aji yakin bahwa itu adalah suara ibunya yang menghibur dan menguatkan hatinya.
Dalam setiap bunga yang mekar, dalam setiap hujan yang turun, Aji merasakan kehadiran ibunya. Ia tahu bahwa cinta dan kenangan tidak pernah mati. Mereka terus hidup di hati dan dalam sebatang pohon rindu di tengah hutan yang selalu berdiri tegak, mengingatkan Aji bahwa kasih sayang ibunya abadi, sepanjang masa.
Catatan: Cerita ini adalah fiksi dan hanya untuk hiburan semata. πΏπΈπ
No comments:
Post a Comment